PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI PERGURUAN TINGGI

Semarang-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang adakan webinar dengan tema Pencegahan dan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Webinar ini berlangsung pada Rabu 12 Agustus 2010, mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Hj. Alimatul Qibtiyah, M.A (Komisioner Komnas Perempuan) dan Siti Rofiah, M.H, M.Si (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang). Webinar dimulai dengan acara pembukaan yang dibuka langsung oleh Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag sekaligus menjadi keynote speakers. Rektor UIN Walisongo Semarang menyambut baik dan segera akan mengesahkan SK Rektor terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus.

Dalam diskusi yang dipandu oleh Dr. Ahmad Tajuddin Arafat (Staf Ahli LP2M), Prof. Alimatul Qibtiyah diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengulas tentang kekerasan seksual. Sebagai kata pembuka dari Prof. Alimatul mengungkapkan apresiasinya terhadap UIN walisongo Semarang atas komitmen rektor terhadap kekerasan seksual dan semoga SK Rektor segera disahkan. Dalam pemaparannya beliau juga membahas tentang berbagai contoh kasus dan pemahaman yang ada di masyarakat. “definisi tentang kekerasan seksual ini yang perlu dipahami,” ujarnya. Selanjutnya Prof. Alimatul membahas tentang peran komnas perempuan dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, macam kekekrasan seksual dan membeberkan data-data angka kekerasan seksual yang terjadi. “Jumlah kekrasan seksual terus meningkat setiap tahunnya,” ungkapnya..

Siti Rofiah dalam paparannya lebih fokus pada bagaimana upaya mencegah dan menanggulangi kekerasan seksual di perguruan tinggi. Pemaparan dimulai dengan pertanyaan benarkah ada kekerasan seksual di kampus?. Siti Rofiah dalam pemaparannya mengatakan bahwa kekerasan seksual ibarat gunung es. “kemungkinan bisa terjadi di kampus kita, yang kondisinya seolah-olah baik saja” ujar Rofiah. Penaganan kasus ini butuh pelaporan secara tertulis. Namun yang terpenting tidak hanya pelaporan, tetapi ada advokasi. Menariknya meski kasus kekerasan banyak terjadi pada perempuan, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada laki-laki. “Jika melihat atau mengalami kekerasan seksual jangan ragu melaporkan “ tegasnya.

Siti Rofiah dalam pemaparannya lebih lanjut menjelaskan alasan korban kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus tidak dilaporkan dan tidak tertangani karena korban memilih diam. Sehingga hal ini membutuhkan perhatian khusus untuk terus menginfokan tentang pemahaman yang utuh terhadap kekerasan seksual. Selain itu kekerasan seksual belum terdata dengan baik karena perguruan tinggi belum memiliki sistem untuk perlindungan dan penanganan kasus kekerasan seksual yang menjamin perlindungan, kerahasiaan dan keamanan korban. Oleh karena itu sangat diperlukan sistem pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang komprehensif.

Pada akhir sesi diskusi ini Siti Rofiah dan Prof. Alimatul mengungkapkan prinsip pencegahan kekerasan seksual adalah keadlian, terintegrasi fisik dan non fisik serta melibatkan semua pihak. Prof Alimatul menambahkan bahwa kekerasan seksual dapat dicegah dengan pengembangan pengetahuan tentang kekerasan seksual, feminis konseling, dan kampanye sosialisasi budaya. Dalam kalimat penutupnya Siti Rofiah mengungkapkan “Mendukung nama baik kampus dengan mendorong kampus untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mewujudkan kampus yang aman, ramah dan nyaman untuk semua masyarakat kampus serta bebas dari segala jenis kekerasan seksual” ujarnya.

PSGA UIN WALISONGO SEMARANG ADAKAN WEBINAR “ALL MALE PANEL”

Semarang- Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang adakan webinar dengan tema Fenomena All Male Panel dalam Mimbar Akademik dan Aktivisme Sosial. Webinar ini berlangsung pada hari Rabu 15 Juli 2020, mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB. Acara webinar ini menghadirkan dua narasumber yaitu Tunggal Pawestri (Aktivis Perempuan, HIVOS Asia Tenggara) dan Nur Hasyim (Dosen FISIP UIN Walisongo) dengan moderator Usfiyatul Marfuah (Dosen FDK UIN Walisongo Semarang). Webinar dimulai dengan acara pembukaan yang dibuka langsung oleh ketua LP2M UIN Walisongo Semarang. Dalam sambutannya Dr. Akhmad Arif Junaidi menyampaikan bahwa diskusi fenomena all male panel penting untuk dikaji karena hal ini mendeklarasikan bahwa perempuan adalah subyek proses-proses produksi pengetahuan yang turut andil membangun peradaban. Webinar diikuti oleh 40 peserta dari berbagai daerah Indonesia, diantaranya adalah Gorontalo, Jember, Jakarta, Jambi, Kendari, Makasar, Bandung dan lainnya.

Acara pembukaan selesai dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber dan dilanjutkan dengan diskusi. Pemaparan pertama disampaikan oleh Tunggal Pawestri yang menjelaskan bahwa sepanjang pandemic ada begitu banyak diskusi daring yang diselenggarakan. Jika ditengok lebih jauh, mayoritas pembicara yang wajahnya terpasang di flayer acara, adalah laki-laki. Tunggal bahkan berbagi poster seminar mengenai nyeri haid, yang empat narasumbernya semua dokter laki-laki. Padahal, kata Tunggal, setiap diskusi publik pasti membawa isu yang mewakili kepentingan umum sehingga dianggap penting untuk dibicarakan. Diskusi bertujuan antara lain bertukar gagasan, mempengaruhi wacana masyarakat, mempengaruhi kebijakan, hingga mengkonstruksi nilai. Karena perannya itu, representasi perempuan dalam setiap diskusi publik menjadi penting, kata Tunggal. Tunggal mengingatkan, kehadiran perempuan penting untuk memberi keluasan perspektif dalam diskusi publik. “Pengetahuan memang harus bebas nilai, tetapi kita tahu bahwa pengetahuan sangat dipengaruhi oleh banyak hal dalam produksinya. Kita akan bermasalah ketika pengalaman satu kelompok saja mendominasi sebuah produk pengetahuan.” tambah Tunggal.

Pemaparan berikutnya oleh Nur Hasyim yang menjelaskan tentang Fenomena ‘all male panels’ atau ‘manel’ adalah munculnya dominasi laki-laki sebagai narasumber, baik dalam pemberitaan media, diskusi maupun seminar. Kondisi ini menyebabkan perspektif laki-laki mendominasi produksi pengetahuan, dan dalam banyak sisi melahirkan masalah tersendiri. Menurut Nur Hasyim, penting untuk mendorong perempuan menyadari kehadiran mereka dalam proses produksi pengetahuan ini penting. Produksi pengetahuan dalam pengaruh patriarki terbukti bermasalah, dan karena itu dibutuhkan pengetahuan alternatif. Perempuan juga harus melihat struktur di balik fenomena ‘manel’, dan memiliki kesadaran kritis terkait agensi perempuan dalam memproduksi pengetahuan.

Pemaparan selesai kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Peserta webinar sangat antusias dalam sesi ini, dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan bermunculan dari peserta webinar. Pertanyaan muncul guna mengkritisi fenomena all male panel dalam berbagai kondisi dan situasi sehingga perlu kesadaran dari perempuan dan laki-laki untuk saling bersama-sama bergandengan tangan untuk produksi pengetahuan dan berjalan secara selaras dan seimbang. Ketua PSGA Titik Rahmawati mengungkapkan bahwa acara webinar ini akan diselenggarakan PSGA setiap bulan sampai dengan tiga bulan kedepan guna meningkatkan kesadaran kepada masyarakat UIN Walisongo khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya untuk terus menyadari dan melek tentang prespektif gender ini. Harapnnya diskusi ini semakin banyak peminatnya dan mampu memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Mahasiswa UIN Walisongo Lulus KKN Pengakuan Bareng Jepang dan Rusia

Semarang– Aisy Puspa Livia mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dinyatakan lulus Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis pengakuan dalam Seminar Hasil KKN secara Daring, Kamis (11/6/2020). Aisy berhasil mempertahankan kegiatan KKN Pengakuan bersama relawan internasional dari Jepang dan Rusia di hadapan tiga dosen penguji: Mokh Sya’roni Sekretaris LP2M, M Rikza Chamami Kapus PPM LP2M dan Ahmad Tajudin Arafat Staf Ahli LP2M.

Kelulusan sidang seminar KKN disampaikan Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M UIN Walisongo M Rikza Chamami dalam keterangan pers LP2M. “Kami bangga ada mahasiswa yang berhasil menyelesaikan kegiatan KKN Pengakuan bersama relawan internasional dari Jepang dan Rusia.

Mengambil tema “Mangkang Environmental International Work Camp”, kegiatan tersebut berlangsung selama 22 hari, terhitung sejak tanggal 10 hingga 22 Februari 2020 di Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu, Kota Semarang dan
10 hari, 24 Februari – 5 Maret di Rembang


Aisy mengatakan, tema tersebut diambil sebagai langkah untuk menjawab kebutuhan dalam melestarikan sisi pantai Laut Jawa Utara di Mangkang, karena saat ini daerah tersebut dalam bahaya abrasi laut.

“Saat itu, ada banyak ekosistem ikan dan udang di sana, tetapi sekarang karena kondisi hutan bakau semakin buruk, cukup sulit untuk menemukan spesies lagi. Ditambah masalah sampah yang kembali diangkat dalam tema ini. Kurangnya kesadaran lokal tentang gaya hidup ramah lingkungan akan merusak alam secara perlahan,” kata Aisy saat diwawancarai.

Dalam kegiatannya, Aisy yang juga sebagai Camp Leader telah menyelesaikan beberapa kegiatan utama, diantaranya penanaman mangrove, pengolahan limbah serta kampanye eco-friendly lifestyle.

“Ada 3 kegiatan utama yang menjadi fokus dari project ini. Penanaman mangrove dilakukan untuk mencegah abrasi laut, selain itu juga untuk climate change, karena kan di daerah Mangkang panas sekali. Kemudian pengolahan limbah dengan mengajarkan cara membuat kerajinan dari bungkus plastik dan terakhir kampanye eco-friendly lifestyle dengan mengajak warga local untuk mengurangi konsumsi plastik,” jelas Aisy saat seminar laporan KKN.

Aisy menambahkan, ketiga kegiatan tersebut sebenarnya bermuara pada isu global yang sedang hangat di perbincangkan yaitu soal climate change.

Tak hanya itu, selama KKN berlangsung, mahasiswa asal Tegal tersebut juga secara rutin mengadakan bimbingan belajar (Bimbel) untuk anak-anak di camp-site.

Mereka diajarkan percakapan-percakapan dasar Bahasa Inggris dan juga ilmu pengetahuan umum lainnya seperti membaca, menulis menghitung dan menggambar.

Uniknya, Aisy tidak hanya mengajar, tetapi juga mengenalkan dan menerapkan permainan tradisional seperti petak umpet, bola bekel, lompat tali dan juga egrang.

Pertukaran budaya sering dilakukan di sela-sela waktu luang dengan anak-anak setempat.
Menurutnya, hal itu dilakukan agar warisan budaya leluhur tidak punah dimakan oleh zaman.*)

Form Pendaftaran Calon Peserta KKN Tahap I

Form Pendaftaran Calon Peserta KKN Tahap I
Klik ??
https://forms.gle/wNScNQT7no6kkFYs5

1. Pendaftaran hanya dilakukan oleh Koordinator Kelompok (1 Kelompok satu kali daftar)
3. Memastikan bahwa semua calon Peserta KKN telah memenuhi semua persyaratan (Lulus 120 SKS)
3. Sebelum mendaftar sudah dipastikan mempersiapkan file Daftar Nama Anggota, Ukuran Jaket & Proposal KKN
4. Setelah mendaftar tahap 1 ini, Koordinator Kelompok akan dimasukkan dalam Group WA KKN DR sebagai jalur komunikasi (nomer Kordinator dipastikan aktif WAnya)
5. Setelah selesai Pendaftaran Tahap I ini, Koordinator akan diberikan ID Pendaftaran untuk input nama Calon Peserta di Pendaftaran II di www.kkn.walisongo.ac.id
6. Semua informasi terkait KKN akan di-update di website LP2M (hindari berita HOAX)
7. Untuk kelancaran komunikasi KKN bisa menghubungi call center sesuai dengan nomer yang ada di Juklak KKN DR

#kkndarirumah
#lp2muinwalisongo
#uinwalisongo