LP2M UIN WALISONGO GELAR PELATIHAN PENULISAN BUKU AJAR RESPONSIF GENDER

Semarang Indonesia – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), UIN Walisongo Semarang, menggelar pelatihan penulisan buku ajar responsif gender. Pelatihan yang merupakan salah satu program kegiatan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) tersebut diselenggarakan selama dua hari, Selasa-Rabu, 6-7 Februari 2024 di Magelang.
Laporan panitia disampaikan oleh Kapus PSGA, Ibu Titik Rahmawati, M.Ag. dalam laporannya beliau menyampaikan bahwa pelatihan diikuti oleh 30 orang meliputi perwakilan dosen masing-masing fakultas dan beberapa tenaga kependidikan. Target pelatihan yaitu 20% peserta dapat menyusun buku ajar responsif gender yang dapat digunakan sebagai bahan mengajar mahasiswa UIN Walisongo Semarang.
Hadir memberikan sambutan sekaligus membuka acara adalah Ketua LP2M, UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa UIN Walisongo merupakan salah satu kampus yang responsif terhadap isu-isu gender dan anak. Hal tersebut harus diikuti oleh mahasiswa dalam hal pemahaman serta pengamalan konsep adil gender. Oleh karena itu, buku ajar yang disampaikan oleh dosen-dosen harus responsif gender.

Sesi materi pada pelatihan tersebut ada tiga yaitu menyusun indikator pembelajaran ke dalam buku ajar, implementasi gender dalam penyusunan buku ajar, dan integrasi gender dalam pembelajaran. Materi pertama dipandu oleh moderator Nasrul Fahmi Zaki Fuadi, M.Si. dengan narasumber Ibu Titik Rahmawati, M.Ag. Materi yang disampaikan meliputi sembilan indikator Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG) yang terdiri atas adanya PSGA, profil gender, dan SK rektor tentang PUG di perguruan tinggi, standar mutu pendidikan responsif gender, standar mutu pengabdian masyarakat yang responsif gender, tata kelola perguruan tinggi yang responsif gender, peran serta sivitas akademika dalam perencanaan – evaluasi tindak lanjut Tri Dharma Perguruan Tinggi yang responsif gender, dan zero tolerance kekerasan terhadap perempuan dan laki-laki. Kampus responsif gender merupakan salah satu indikator dalam akreditasi. Untuk mewujudkannya diperlukan kegiatan dan dokumen responsif gender seperti pelatihan kapasitas gender, pelatihan RPS responsif gender, dan pelatihan penulisan buku ajar responsif gender. Dalam RPS perlu ada empat indikator yaitu akses dalam membentuk kesempatan yang sama baik laki-laki maupun perempuan, peluang partisipasi, kontrol, dan manfaat. Selain itu, juga disampaikan bahwa terdapat tiga pola dalam pengajaran responsif gender yaitu mata kuliah khusus gender (afirmatif), memasukkan perspektif responstif gender dalam semua mata kuliah yang diajarkan (integrasi), serta memasukkan perspektif responsif gender dengan menentukan mata kuliah yang relevan untuk disisipi materi dan responsif gender (insersi).

Materi kedua dipandu oleh moderator Ella Izzatin Nada, M.Pd. dengan narasumber Ibu Sri Wiyanti Eddyono, S.H., LL.M., Ph.D., dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Materi yang disampaikan pada kesempatan tersebut adalah bahwa materi gender bisa berdiri sendiri sebagai makul tersendiri atau terintegrasi ke dalam berbagai mata kuliah. Gender memiliki cakupan yang luas termasuk membahas tentang lingkungan dan sains. Hal lain yang dibahas adalah berkenaan dengan isu-isu gender seperti pengguna teknologi perempuan dengan sasaran perempuan, struktur sosial, dan konstruksi gender. Gender merupakan sesuatu yang perannya bisa ditukarkan antara laki-laki dan perempuan. Gender bukan bersifat biologis tetapi diajarkan atau dibiasakan sejak kecil seolah-olah sebagai karakter. Sifatnya yang universal menjadikan simpulan bahwa bicara gender merupakan bicara tentang pengalaman.

Materi ketiga dipandu oleh moderator Abdul Malik, M.Si. dengan narasumber yang sama yaitu Ibu Sri Wiyanti Eddyono, S.H., LL.M., Ph.D. Materi yang disampaikan adalah pemetaan gender dalam berbagai bidang keilmuan termasuk isu gender dalam linguistik, bahasa yang digunakan dapat memengaruhi sikap seseorang tentang kesetaraan gender, bahkan hak hukum yang diberikan kepada perempuan. Dalam beberapa bahasa, penutur bahasa harus merujuk pada ciri-ciri gender (gender-based pronouns; kata-kata benda yang diasosiasikan). Selain itu, juga disinggung mengenai biologi feminis yang mencakup studi perilaku hewan. Materi dikemas dengan interaktif sehingga membangun diskusi yang atraktif antara narasumber dengan peserta. (LP2M)

PENGABDIAN BERBASIS GENDER: LP2M MENGADAKAN PENDAMPINGAN PESANTREN BINAAN TERKAIT PELATIHAN PERTAHANAN DIRI DAN BANTUAN HUKUM

Kendal, 14-15 Oktober 2023

Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang melakukan kegiatan pengabdian berbasis gender. Kegiatan ini dilakukan di Pondok Pesantren Usysyaqul Qur’an Kendal.

Pengabdian ini dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh Ibu Titik Rahmawati, M. Ag selaku kepala PSGA. Beliau menyampaikan bahwa urgensi kegiatan pengabdian ini karena banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Pondok Pesantren yang mencuat akhir-akhir ini. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan kepada para satriwan dan santriwati terkait pertahanan diri dan bantuan hukum sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual di lingkungan pesantren.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Usysyaqul Qur’an Kendal, Bapak Ali Muchtar, Lc., MA. Beliau menyampaikan terimakasih atas program pengabdian yang dilakukan oleh LP2M UIN Walisongo Semarang di pondok pesantrennya. Beliau berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan para santriwan dan satriwati terkait upaya pencegahan seksual.

Kegiatan ini yaitu penyampaian materi yang disampaikan oleh Nihayatul Mukaromah, S. H. Narasumber yang pertama ini menyampaikan mengenai “Kekerasan Seksual di Lingkungan Pesantren”. Narasumber kedua disampaikan oleh Salma, S. Psi., M. Psi. mengenai “Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pesantren”. Penyampaian materi berlangsung sangat menarik dan para santri sangat antusias mengikuti kegiatan pengabdian.

DISEMINASI METODOLOGI FATWA KUPI; UPAYA MEMBANGUN PERADABAN BERMARTABAT

Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) menggelar diskusi ilmiah dengan tema “Diseminasi Fatwa dan Metodologi KUPI” diselenggarakan di Ruang Theater Gedung Planetarium Lantai 2 UIN Walisongo Semarang pada Selasa 10 Oktober 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta dari delegasi berbagai fakultas dan unit tertentu seperti Jajaran Pengurus dan Relawan Kupi Corner.

Acara ini dibuka oleh Titik Rahmawati selaku ketua PSGA UIN Walisongo Semarang. Dalam sambutan pembukaanya, ia menyatakan bahwa membahas atau berdiskusi tentang gender tentunya membutuhkan kedua jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki agar kedua belah pihak tercerahkan.
“Saya sengaja meminta perwakilan fakultas yang ada di UIN Walisongo mengirimkan delegasi laki laki dan perempuan untuk mengikuti acara ini, pelibatan laki laki pada diskusi gender menjadi keniscayaan dalam membangun persepsi yang adil dalam relasi kemanusiaan”, jelas Titik Rahmawati.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber yakni, Nur Rofiah Founder dan Pengasuh Ngaji KGI dan Faqihudin Abdul Qadir Founder Mubadalah.id yang keduanya bagian dari Majelis Musyawarah KUPI dan Konkorsium penyelenggara KUPI, dengan moderator Mutmainah Dosen Fuhum UIN Walisongo Semarang sekaligus anggota KUPI Corner.

Pemateri pertama, Nur Rofiah menjelaskan bahwa kehadiran perempuan bukan sebagai makhluk pemuas seksual ataupun mesin reproduksi yang terus menerus bisa di manfaatkan tanpa melihat kesehatan fisik ataupun psikisnya.
“Sistem reproduksi perempuan itu jauh lebih lama dan lebih sakit daripada laki laki, laki laki hanya mengalami satu fungsi sistem reproduksi dengan rentang waktu menit bahkan detik, itupun rasanya enak. Sedangkan perempuan mengalami lima fungsi sistem reproduksi dengan membutuhkan rentang waktu mulai dari harian, mingguan bahkan tahunan yang rasanya sakit, bahkan digambarkan dalam Al Qur’an “Wahnan ala Wahnin”, tuturnya.
Maka membangun keadilan gender harus memahami ajaran agama yang “rahmatan lil alamin” baik dengan mengetahui target antara maupun target akhir. Esensi ajaran ini tidak hanya dipahami tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan nyata, sebagaimana hasil musyawarah keagamaan KUPI ini dilahirkan.

Adapun lima hasil Musyawarah Keagamaan atau disebut Fatwa KUPI tersebut terkait, Peminggiran Perempuan dalam menjaga NKRI dari bahaya kekerasan atas nama agama, Pengeloaan sampah untuk keberlajutan lingkungan hidup dan keselamatan perempuan, Perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan, Perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan, dan Perlindungan perempuan dari bahaya P2GP (Pemotongan dan Perlukaan Genetalia Perempuan)

Senada, Faqihudin Abdul Qadir menyatakan bahwa Perempuan merupakan subjek yang memiliki hak sama seperti laki laki. Menurutnya di dalam rumah tangga peran dan hak perempuan sama saja dengan laki laki, hanya saja mungkin terdapat beberapa perbedaan yang sesuai jobdesk dan kondisi internal rumah tangga.
“Istri di bilang Sholehah itu kalo dia bisa taat kepada Allah dan menjaga dirinya ketika tidak bersama dengan suaminya, tapi juga jangan istri saja yang menjaga diri, suami juga wajib menjaga diri nya ketika tidak bersama dengan istri” imbuhnya.
Prinsip mubadalah atau kesalingan dalam relasi kemanusiaan menjadi bagian implementasi ketaatan kepada Allah swt.

Lebih lanjut, Salah satu peserta Diskusi Ilmiah, Leni Nur Azizah merasa sangat senang dengan adanya diskusi diskusi gender yang sangat ramah dengan perempuan apalagi dengan dua pemateri yang sangat hebat dan memang pakarnya.
“Saya merasa sangat senang dengan diskusi pada hari ini, diskusi bergengsi dengan pemateri berkelas sehingga materi yang disampaikan sangat runtut dan jelas” terangnya.

KOMNAS PEREMPUAN LAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI DI UIN ‎WALISONGO

Semarang, 27 Juli 2022 PSGA UIN Walisongo Semarang dikunjungi oleh Komnas ‎Perempuan dalam acara Monitoring dan Evaluasi terkait dengan Pencegahan dan Penanganan ‎Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Pada acara ini dihadiri oleh Para Wakil Rektor yang ‎diwakili oleh Rektor I dan Rektor III, para Dekan, Direktur Pascasarjana, Ketua dan ‎Sekretaris serta Kapus dilingkungan LP2M, Kepala Ma`had Al-Jamiah, Kepala Polikinik, ‎Anggota Gender Focal Point, Kepala DP3AKB, Koordinator SPT Provinsi Jawa Tengah, ‎Direktur LRC KJHAM, Ketua FKKG Provinsi Jawa Tengah, Ketua PW Fatayat NU Jawa ‎Tengah, dan para mahasiswa. Acara ini dilaksanakan di Ruang Sidang Senat Lantai 4 Gedung ‎Rektorat. Pada kesempatan ini, perwakilan dari Komnas
Perempuan yang datang di UIN ‎Walisongo adalah, Bapak Dr. Imam Nahe’i, M. H. I, Ibu Sutini, dan Ibu Wulandari. ‎

Akhmad Arif Junaidi dalam sambutannya menyampaikan bahwa monitoring dan evaluasi ‎yang dilakukan oleh Komnas perempuan RI sangatlah penting sebagai bentuk kendali mutu ‎pelaksanaan kegiatan dan pelayanan yg dilaksanakan di UIN Walisongo Semarang. harapan ‎beliau, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menjadi bahan perbaikan dalam ‎segala aspek di UIN Walisongo Semarang. sambutan dan pembukaan acara disampaikan oleh ‎Dr. Akhmad Arif Budiman, M.Ag selaku Wakil Rektor 3 UIN Walisongo Semarang ‎menyatakan dukungannya atas program monitoring dan evaluasi dari Komnas Perempuan RI ‎hari ini. Perlunya masukan dari pihak eksternal menjadikan UIN Walisongo Semarang ‎semakin membaik dalam melaksanakan program-program di UIN Walisongo khusus nya ‎terkait Implementasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual. ‎

Acara selanjutnya yaitu pemaparan materi dari Komnas Perempuan yg disampaikan oleh Dr. ‎Imam Nahe’i, M.H.I mengenai Update Perkembangan Pencegahan dan Penanganan ‎Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan/isu Nasional dan Upaya Peningkatan Kapasitas ‎Tim ULT/Satgas terkait PPKS. Acara selanjutnya pemaparan dari PSGA UIN Walisongo ‎Semarang yg disampaikan oleh Titik Rahmawati terkait paparan Unit Kerja/PSGA terkait ‎Perkembangan Implementasi SOP PPKS di kampus. Sebelum penutupan acara, dilakukan ‎diskusi tanya jawab sekaligus evaluasi. Acara ditutup dengan ramah tamah dan foto bersama‎

PSGA ADAKAN WORKSHOP PEMBELAJARAN BERBASIS GENDER

Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) ‎Walisongo Semarang, menyelenggarakan “Workshop Pembelajaran Berbasis ‎Gender” di Hotel Azana pada Kamis, 2 September 2021. Kegiatan workshop diikuti ‎oleh perwakilan dari masing-masing fakultas di UIN Walisongo Semarang dan ‎PSGA Se Kota Semarang. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan workshop, ‎hasilnya dapat diaplikasikan di unit/fakultas masing-masing dengan penyusunan ‎Rencana Pembelajaran Semester (RPS) berbasis gender.‎

Ketua LP2M UIN Walisong Semarang, Dr. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag, dalam ‎sambutannya menuturkan “Pembelajaran Responsif Gender merupakan ‎pembelajaran untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Gender, yang dilakukan ‎melalui pengintegrasian pengalaman aspirasi, kebutuhan potensi dan ‎penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, workshop ‎ini penting dilakukan agar setiap lembaga di UIN Walisongo dalam merencanakan ‎setiap kegiatan pembelajaran dapat berbasis Gender”.‎

Wakil Rektor III UIN Walisongo Semarang Dr. Akhmad Arif Budiman, M. Ag ‎dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap LP2M UIN Walisongo atas ‎pelaksanaan kegiatan ini sehingga harapannya fakultas di UIN Walisongo ‎Semarang mampu mengaplikasikan ilmu dari narasumber kedalam Rencana ‎Pembelajaran Berprespektif Gender. Wakil Rektor menengaskan bahwa ‎pentingnya pembelajaran berbasis gender ini dapat diaplikasikan dengan baik ‎sehingga dapat mewujudkan kampus yang responsif gender. ‎

Dr. Indra Kertati M. Si, sebagai pemateri workshop menyampaikan materi mengenai ‎‎“Implementasi Gender dalam Pembelajaran” pada sesi pertama. Materi pertama ‎disajikan mengenai Isu Gender di Indonesia berdasarkan data-data riset dan ‎peraturan yang berlaku. kemudian dilanjutkan dengan implikasi peraturan dan ‎diakhiri dengan rancangan RPS berbasis Gender. materi yang dismpaikan sangat ‎menarik sehingga banyak peserta workshop yang tertarik untuk mengikuti kelas ‎beliau ketika mengajar dengan menggunaan pembelajaran berbasis gender. ‎peserta workshop juga sangat antusias ketika sesi diskusi dibuktikan dengan ‎banyaknya pertanyaan dari peserta workshop

Materi kedua disampaikan oleh Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M. Si dengan ‎tema “Pembelajaran Responsif Gender Equality & Social Inclusion (GESI) Berbasis ‎Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”. Dosen Universitas Kristen Satya Wacana ‎ini memaparkan tentang kekerasan berbasis Gesi, Pengetahuan Androsentris, ‎perlunya GESI dan Integrasi GESI dalam Pembelajaran Berbasis Penelitian dan ‎Pengabdian Masyarakat. ‎

UIN WALISONGO SEMARANG WUJUDKAN KAMPUS RESPONSIF GENDER

Semarang-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN walisongo Semarang menyerahkan sarana responsif gender untuk dukungan ketersediaan ruang laktasi di masing-masing fakultas yang ada di UIN Walisongo dan pascasarjana pada Selasa, 24 Agustus 2021 bertempat di Lobby Rektorat Lama UIN Walisongo Semarang.

Penyediaan sarana responsif gender ini merupakan program Pusat Studi Gender dan Anak atas bantuan dari Kemenag RI. Pada kegiatan ini dihadiri oleh Rektor, Ketua LP2M, Para Kepala Pusat dilingkungan LP2M, Perwakilan dari Fakultas dan Pasca sarjana, serta tamu undangan.

Pada Kegiatan ini Ketua Lembaga penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag menyampaikan bahwa penyediaan sarana dan prasarana ini bentuk keseriusan dan dukungan kongkrit terhadap terwujudnya kampus Responsif Gender. “Penyediaan ruang laktasi ini menjadi penting bagi para dosen atau tenaga kependidikan yang sedang menjalani fungsi reproduksi berupa melakukan laktasi, selain itu dapat menjadi poin penting ketika akreditasi perguruan tinggi” Ungkapnya.

Rektor UIN Walisongo Semarang dalam sambutannya mengungkapkan bahwa gerakan para perempuan yang sedang melakukan fungsi reproduktif berupa laktasi harus didukung penuh. Karena ASI merupakan asupan nutrisi terbaik dan mendukung ketahanan fisik untuk para putra-putri penerus bangsa.
Pada kesempatan ini diserahkan sarana responsif gender berupa Almari Pendingin untuk menyimpan ASI, Dispenser, Almari tempat penyimpanan alat laktasi, Sofa Set, Bottle Sterilizer dan tempat sampah.

Kepala Pusat studi Gender dan Anak, Titik Rahmawati mengubgkapkan bahwa tindak lanjut dari penyerahan sarana responsif gender ini, kedepan akan dimonitoring dan evaluasi secara berkala. Sehingga keberadaan dan fungsinya bisa dimaksimalkan.

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI PERGURUAN TINGGI

Semarang-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang adakan webinar dengan tema Pencegahan dan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Webinar ini berlangsung pada Rabu 12 Agustus 2010, mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Hj. Alimatul Qibtiyah, M.A (Komisioner Komnas Perempuan) dan Siti Rofiah, M.H, M.Si (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang). Webinar dimulai dengan acara pembukaan yang dibuka langsung oleh Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag sekaligus menjadi keynote speakers. Rektor UIN Walisongo Semarang menyambut baik dan segera akan mengesahkan SK Rektor terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus.

Dalam diskusi yang dipandu oleh Dr. Ahmad Tajuddin Arafat (Staf Ahli LP2M), Prof. Alimatul Qibtiyah diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengulas tentang kekerasan seksual. Sebagai kata pembuka dari Prof. Alimatul mengungkapkan apresiasinya terhadap UIN walisongo Semarang atas komitmen rektor terhadap kekerasan seksual dan semoga SK Rektor segera disahkan. Dalam pemaparannya beliau juga membahas tentang berbagai contoh kasus dan pemahaman yang ada di masyarakat. “definisi tentang kekerasan seksual ini yang perlu dipahami,” ujarnya. Selanjutnya Prof. Alimatul membahas tentang peran komnas perempuan dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, macam kekekrasan seksual dan membeberkan data-data angka kekerasan seksual yang terjadi. “Jumlah kekrasan seksual terus meningkat setiap tahunnya,” ungkapnya..

Siti Rofiah dalam paparannya lebih fokus pada bagaimana upaya mencegah dan menanggulangi kekerasan seksual di perguruan tinggi. Pemaparan dimulai dengan pertanyaan benarkah ada kekerasan seksual di kampus?. Siti Rofiah dalam pemaparannya mengatakan bahwa kekerasan seksual ibarat gunung es. “kemungkinan bisa terjadi di kampus kita, yang kondisinya seolah-olah baik saja” ujar Rofiah. Penaganan kasus ini butuh pelaporan secara tertulis. Namun yang terpenting tidak hanya pelaporan, tetapi ada advokasi. Menariknya meski kasus kekerasan banyak terjadi pada perempuan, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada laki-laki. “Jika melihat atau mengalami kekerasan seksual jangan ragu melaporkan “ tegasnya.

Siti Rofiah dalam pemaparannya lebih lanjut menjelaskan alasan korban kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus tidak dilaporkan dan tidak tertangani karena korban memilih diam. Sehingga hal ini membutuhkan perhatian khusus untuk terus menginfokan tentang pemahaman yang utuh terhadap kekerasan seksual. Selain itu kekerasan seksual belum terdata dengan baik karena perguruan tinggi belum memiliki sistem untuk perlindungan dan penanganan kasus kekerasan seksual yang menjamin perlindungan, kerahasiaan dan keamanan korban. Oleh karena itu sangat diperlukan sistem pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang komprehensif.

Pada akhir sesi diskusi ini Siti Rofiah dan Prof. Alimatul mengungkapkan prinsip pencegahan kekerasan seksual adalah keadlian, terintegrasi fisik dan non fisik serta melibatkan semua pihak. Prof Alimatul menambahkan bahwa kekerasan seksual dapat dicegah dengan pengembangan pengetahuan tentang kekerasan seksual, feminis konseling, dan kampanye sosialisasi budaya. Dalam kalimat penutupnya Siti Rofiah mengungkapkan “Mendukung nama baik kampus dengan mendorong kampus untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mewujudkan kampus yang aman, ramah dan nyaman untuk semua masyarakat kampus serta bebas dari segala jenis kekerasan seksual” ujarnya.