BANTUAN PENGURUSAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) NON-BOPTN TAHAP 1 TAHUN 2025

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan hormat kami menginformasikan bahwa Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, membuka bantuan biaya pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Non-BOPTN, kepada civitas akademika di lingkungan UIN Walisongo Semarang.

Persyaratan dan berkas pengajuan HKI dapat diunduh pada website LP2M UIN Walisongo Semarang. Berkas pengajuan HKI dikirimkan ke email [email protected] selambat-lambatnya tanggal 14 Maret 2025.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas kerja sama Bapak/Ibu kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

PERMOHONAN HKI TAHAP 1 TAHUN 2025

PENGUMUMAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS MITRA DAMPINGAN PADA LP2M

PENGUMUMAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS MITRA DAMPINGAN PADA LP2M

Yth. Bapak/Ibu
di Tempat

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dalam upaya meningkatkan kolaborasi dan kontribusi bersama untuk mendukung pengembangan masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LP2M), UIN Walisongo Semarang, kembali membuka Program Pengembangan Komunitas Mitra Dampingan pada LP2M Tahap 1 Tahun 2025.

Bapak/Ibu yang berminat mengikuti program tersebut dapat mengajukan proposal. Proposal harap dikirimkan atau disampaikan secara langsung ke LP2M UIN Walisongo Semarang selambat-lambatnya tanggal 28 Februari 2025. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi sekretaris LP2M UIN Walisongo, Johan Arifin, M.M. (081390864797).

Demikian pengumuman ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

SURAT PENGUMUMAN MITRA DAMPINGAN TAHAP 1 2025

LP2M, KUPI CORNER, DAN AMERICAN CORNER KOLABORASI GELAR DISKUSI ILMIAH: STOP SEXUAL ABUSE, SAVE MENTAL HEALTH

Semarang Indonesia –  Dalam rangka Kampanye 16 Hari Antikekerasan terhadap Perempuan, Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang berkolaborasi dengan KUPI Corner dan American Corner menggelar diskusi ilmiah dengan tema “Stop Sexual Abuse, Save Mental Health”. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Senin, 25 November 2024 di ruang American Corner UIN Walisongo Semarang. Diskusi ilmiah diikuti oleh lebih dari 100 peserta dari unsur dosen serta mahasiswa dari berbagai fakultas dan organisasi mahasiswa di lingkungan UIN Walisongo Semarang seperti UKM An Niswa, Fosia, Lingkar Psikologi FPK, Lembaga Layanan Berbasis Mahasiswa (Lavender dan LSAP).

Diskusi Ilmiah dibuka oleh Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), UIN Walisongo Semarang, Titik Rahmawati, M.Ag. Dalam sambutan disampaikan bahwa  sexual abuse dan mental health merupakan dua tema yang berkaitan dan sangat penting untuk didiskusikan karena riset menunjukkan bahwa  angka kekerasan seksual tertinggi  berada pada lingkungan pendidikan. PSGA UIN Walisongo Semarang akan memberikan edukasi dan juga pendampingan terhadap siapapun yang menjadi korban pelecehan seksual, baik pendampingan secara psikologis maupun secara hukum,” tuturnya.

Diskusi ilmiah tersebut menghadirkan dua narasumber yakni Vriska Putri R., M.Psi., Psikolog. dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan Dr. Kurnia Muhajarah, M.Ag. Direktur Kupi Corner. Kegiatan diskusi dipandu oleh Abdul Malik, M.Si. dari LP2M UIN Walisongo Semarang.

Pemateri pertama, Vriska Putri R., M.Psi, menjelaskan bahwa korban pelecehan seksual tidak  hanya tejadi pada perempuan tetapi juga laki-laki, hanya saja angka korban pelecehan seksual terhadap perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Ditekankan juga bahwa sebab terjadinya kekerasan seksual bukanlah kesalahan korban sepenuhnya.

“Seringkali perempuan disalahkan ketika memakai baju ketat ataupun keluar malam, karena dua hal itu dianggap sebagai penyebab mutlak terjadinya kekerasan seksual, padahal banyak perempuan yang memakai pakaian tertutup juga tetap menjadi korban. Jadi, pada dasarnya kejadian ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual terjadi bukan disebabkan oleh ketatnya baju apalagi perkara sering keluar malam, tetapi memang dari internal pelaku yang tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri,” tuturnya.

Selanjutnya Dr. Kurnia Muhajarah, M.Ag. menyatakan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi pada relasi antara suami dan istri, bahkan dalam hubungan ‘pacaran’ sekalipun (KDP). Respon sosial dalam menanggapi kasus ini adalah perempuan acapkali disalahkan bahkan oleh sesama perempuan.

“Ketika ada kasus kekerasan seksual, yang terjadi bukanlah women support women, tapi women judge women.  Oleh karena itu, mari teman-teman mahasiswa kita harus lebih aware dengan sesama manusia khususnya pada diri kita sendiri,” jelasnya.

Lebih lanjut, Kurnia Muhajarah juga menjelaskan bahwa pemotongan dan pelukaan genetalia terhadap perempuan (P2GP) merupakan tradisi yang harus segera dihapuskan. Hal ini karena riset menunjukkan bahwa khitan terhadap perempuan tidak ada manfaatnya secara medis, justru membawa dampak negatif terhadap korban, berbeda lagi dengan khitan pada laki-laki yang jelas mempunyai tujuan secara medis.

“Untuk teman-teman yang mungkin menjadi korban dari P2GP, mari potong rantai itu dengan selesai pada diri kalian sendiri. Jangan sampai anak kalian menjadi korban P2GP,” ajaknya di akhir materi.

Diskusi tersebut dipandang bermanfaat oleh mahasiswa peserta diskusi ilmiah, salah satunya adalah Febriani Nur Islami. “Sebagai mahasiswa psikologi saya merasa relate sekali dengan isu yang didiskusikan, dengan seminar ini kita bisa belajar terkait intervensi psikologis yang tepat. Mengenai P2GP juga membahas kontroversi dari  perspektif medis, sosial, dan psikologis, ternyata P2GP juga berdampak negatif terhadap psikologis perempuan, jadi sudah semestinya kita mendukung penghapusan praktik tersebut,” ujarnya Febriani.  (LP2M UINWS)

 

LP2M UIN WALISONGO SEMARANG GELAR DISKUSI ILMIAH ‘KAMPUS RAMAH DIFABEL’

Semarang Indonesia – Senin, 28 Oktober 2024, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), UIN Walisongo Semarang menggelar diskusi ilmiah bertajuk Kampus Ramah Difabel: Menuju UIN Walisongo Kampus Ramah Difabel. Kegiatan yang diselenggarakan di ruang teater planetarium ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa, relawan, komunitas sahabat difabel, serta para mahasiswa difabel yang turut menjadi bagian dari komunitas akademik.

Hadir membuka diskusi dan memberikan sambutan adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo, Prof. Dr. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag.. Dalam sambutannya ditekankan pentingnya meningkatkan sensitivitas terhadap kaum difabel. “Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan harus memiliki kesadaran lebih dalam berinteraksi dengan kaum difabel. Kita juga perlu memiliki komitmen kuat dalam memberikan pertolongan serta pendampingan agar mereka dapat beraktivitas dengan baik di lingkungan kampus ini,” ujarnya.

Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Titik Rahmawati, M.Ag. secara terbuka menyampaikan kepada kaum difabel mengenai hal-hal yang dibutuhkan, baik berupa fasilitas atau sarana prasarana pendukung maupun hal lain yang dapat membantu kelancaran kegiatan perkuliahan. Dengan adanya diskusi ini sekaligus sebagai analisis kebutuhan untuk membentuk kampus ramah difabel. Diskusi ini juga menjadi momentum bagi peserta untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman tentang tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa difabel di lingkungan akademik. Beberapa usulan yang muncul dalam diskusi antara lain peningkatan aksesibilitas fasilitas kampus, penyediaan layanan pendampingan yang lebih komprehensif, serta integrasi kebijakan kampus yang lebih inklusif terhadap mahasiswa difabel.

Diskusi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dra. B. Noviana, DR, selaku pendiri Yayasan Roemah Difabel Indonesia dan Dr. Astri Hanjarwati, S.Sos., M.A., yang menjabat sebagai Ketua Pusat Pelayanan Difabel UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kedua pembicara berbagi pengalaman dan wawasan mengenai pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang inklusif serta strategi konkret untuk mewujudkan fasilitas dan layanan pendidikan yang ramah bagi mahasiswa difabel.

Materi disampaikan Dra. B. Noviana Dibyantari, R. mengenai Komunitas Sahabat Difabel, ragam disabilitas, perlindungan hukum, jumlah penyandang cacat dunia, masalah dan tantangan, attitudinal barriers, dan harapan. Sementara itu, Dr. Astri Hanjarwati, S.Sos., M.A. menyampaikan hal-hal mengenai kebijakan Dikti terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas di perguruan tinggi, pendidikan inklusif, manajemen pendidikan inklusif, jenis layanan PLD, data mahasiswa penyandang disabilitas, dan lembaga yang berkerja sama denga PLD.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan UIN Walisongo  Semarang semakin serius dalam mewujudkan kampus yang inklusif dan ramah difabel. Langkah nyata seperti penyediaan sarana prasarana yang memadai dan kebijakan akademik yang mendukung akan menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan. (LP2MUINWS)

Diskusi Ilmiah: Workshop Paten di UIN Walisongo Semarang

Diskusi Ilmiah: Workshop Paten di UIN Walisongo Semarang
22 Oktober 2024

Semarang – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menyelenggarakan diskusi ilmiah bertajuk Workshop Paten pada Selasa, 22 Oktober 2024. Acara ini menghadirkan narasumber utama Prof. Dr. Ratna Dewi Kusumaningtyas, S.T., M.T. dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), yang memberikan pemaparan mendalam terkait pentingnya paten dalam dunia akademis dan penelitian.

Workshop yang dihadiri oleh sekitar 70 peserta dari kalangan dosen dan civitas akademika UIN Walisongo ini bertujuan untuk memperluas wawasan peserta tentang proses pengajuan paten, hak kekayaan intelektual, dan langkah-langkah strategis untuk melindungi hasil penelitian agar memiliki dampak yang lebih luas. Dalam sambutannya, ketua LP2M UIN Walisongo menyatakan bahwa acara ini merupakan salah satu wujud komitmen universitas dalam mendorong inovasi dan meningkatkan kualitas penelitian di lingkungan kampus.

Prof. Dr. Ratna Dewi Kusumaningtyas dalam paparannya menjelaskan berbagai aspek praktis dalam pengurusan paten, mulai dari ide hingga hak legal yang melindungi penemuan ilmiah. Beliau juga menekankan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan industri untuk mendorong kemajuan teknologi dan penelitian.

Peserta yang hadir tampak antusias mengikuti jalannya diskusi dan menyampaikan berbagai pertanyaan seputar tantangan pengajuan paten dan bagaimana strategi yang tepat untuk mengatasi hambatan-hambatan yang sering dihadapi para peneliti di Indonesia. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dan pemberian sertifikat kepada narasumber.

Dengan diadakannya workshop ini, diharapkan dosen dan civitas akademika UIN Walisongo semakin terinspirasi untuk menghasilkan karya ilmiah yang inovatif dan dapat dipatenkan, serta berkontribusi lebih besar dalam dunia penelitian dan pengabdian masyarakat.