Semarang Indonesia – Dalam upaya mengembangkan kontinuitas sumber daya manusia (SDM) dosen di lingkungan UIN Walisongo, Lembaga Penelitan dan Pengabdian (LP2M), UIN Walisongo, menyelenggarakan Training Manuskrip Walisongo. Kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari yaitu pada Senin-Selasa, 6-7 Mei 2024 ini menghadirkan Dr. A. Ginanjar Sya’ban, peraih Santri Awards 2021 dan sekaligus sebagai filolog Islam nusantara, sebagai narasumber.
Dalam pembukaan training tersebut, Dr. Anthin Latifah, M.Ag., Kepala Pusat Penelitan dan Penerbitan, melaporkan bahwa peserta training terdiri atas 30 peserta yang memiliki ketertarikan pada studi filologi. Kemudian dalam laporan tersebut juga dipaparkan urgensi diadakannya Training Manuskrip Walisongo. Kegiatan yang diadakan pertama kali pada tahun 2023 tersebut dinilai penting karena berbicara tentang Walisongo dan kekhasan UIN Walisongo. Bentuk-bentuk kekhasan tersebut perlu dibanggakan salah satunya dengan mengkaji manuskrip-manuskrip terkait tema-tema Islam di nusantara. Selanjutnya dipaparkan juga bahwa untuk menindaklanjutinya maka perlu diadakan training manuskrip. Hal tersebut perlu dilakukan karena manuskrip Jawa Pegon menggambarkan bahasa yang lahir dari ruang atau sosial historis yang merepresentasikan ruang yang ada. Selain itu, Arab pegon juga dianggap klasik, sulit, dan kuno maka dibutuhkan upaya untuk mengkajinya sehingga menjadikan manuskrip tersebut bukan sesuatu yang asing tetapi justru menarik untuk dikaji sehingga ada keberlangsungan untuk dilakukan pembelajaran berkelanjutan.
Hadir memberikan sambutan sekaligus membuka acara adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Prof. Dr. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag. Dalam sambutannya disampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat sehingga forum tersebut dapat diselenggarakan.
“Keragamaman dalam kajian penelitian memberikan informasi tentang pemikiran tentang sejarah masa lampau, harus digali berdasarkan manuskrip-manuskrip lama. Saat ini jarang bahkan banyak yang tidak mau membaca manuskrip kuno sehingga tak jarang gampang dibodohi dengan informasi yang tidak jelas. Jadi, kita perlu untuk mengetahui isi manuskrip-manuskrip yang menyimpan informasi yang luar biasa. Oleh karena itu, mari dalam pelatihan ini kita belajar bersama narasumber yang kompeten tidak hanya Arab pegon tetapi juga huruf Jawa kuno dan Jawa baru. Kami mohon kepada Dr. A. Ginanjar Sya’ban, untuk memberikan pencerahan tentang manuskrip kepada seluruh peserta training,” ungkap Ketua LP2M.
Pada sesi materi, Dr. A. Ginanjar Sya’ban, menyampaikan tiga materi yang menarik yaitu: (1) Artefak, Manuskrip, Arsip, dan Dokumen Masa Wali Sanga: Bahan-bahan Kajian Sejarah Islam di Indonesia; (2) Aksara Arab di Nusantara (Jawi-Pegon): Studi Paleografi Manuskrip Nusantara; dan (3) Sejarah Penggunaan Pegon di Nusantara: dari Manuskrip, Litograf hingga Digital. Training yang dipandu oleh Dr. Ahmad Tajuddin Arafat, M.S.I. tersebut berlangsung atraktif karena antusiasme peserta yang tertarik untuk mengkaji manuskrip berkenaan dengan peradaban Islam nusantara.
“Warisan peradaban masa lalu diibaratkan sebagai fondasi ketika membangun rumah, rumah itu fisik, tetapi softwarenya adalah ilmu pengetahuan yang terekam dalam peninggalan-peninggalan tertulisnya. Kerja peradaban yang sangat penting dan vital sekali karena merupakan upaya mengintegrasikan generasi yang akan datang dengan masa silam agar tetap terkoneksi dengan masa lalu,” ungkap Dr. A. Ginanjar Sya’ban. (LP2M UINWS)