Semarang_23/92019, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dari LP2M mengadakan workshop pendampingan masyarakat untuk Three Ends berbasis Pesantren di Gedung Rektorat Lantai 3, Kampus I, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Kegiatan workshop diikuti 40 orang perwakilan pengurus dari pesantren di Kota Semarang. Diharapkan melalui kegiatan workshop ini para perwakilan pengurus pesantren mampu mengaplikasikannya dalam setiap kegiatan di pesantren masing-masing.
Sekretaris LP2M UIN Walisongo Semarang, Mokh. Sya’roni. M. Ag, dalam sambutannya menuturkan bahwa “Kekerasan terhadap perempuan sangat memprihatinkan, dalam satu tahun terakhir, 8,2 juta perempuan (9,4%) mengalami kekerasan seksual dan fisik. Kekerasan ekonomi yang dilakukan suami terhadap isteri (24%), dan 20,5% kekerasan psikis. Selain kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak juga tidak kalah memprihatinkan. Masih menurut hasil SPHPN 2016, ditemukan bahwa pada 100 TK, 87 % guru PAUD melakukan kekerasan. Kekerasan terhadap anak selain terjadi di sekolah juga terjadi dalam bentuk perkawinan yang angkanya masih tinggi. Kenyataan ini adalah persoalan serius yang harus diselesaikan bersama. Oleh karena itu, acara ini sangat penting dilakukan. Diharapkan program ini dapat menjadi salah satu upaya meminimalisir terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak”.
Workshop ini dibuka oleh Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag, selaku Wakil Rektor I. Beliau menyampaikan bahwa keprihatinan yang mendalam atas berbagai kasus kekerasan dan perdagangan manusia yang melibatkan perempuan dan anak, sehingga kegiatan workshop yang diinisiasi oleh PSGA dari LP2M ini diharapkan mampu menjadi jembatan penyebaran wawasan dan pengetahuan mengenai isu-isu three ends.
Dr Hj Afwah Mumtazah M.Ag (Rektor Institut Studi Islam Fahmina Cirebon), sebagai pemateri workshop memulai materi dengan menjelaskan makna Three Ends yakni End Violence Against Women and Children (Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak); End Human Trafficking (Akhiri Perdagangan Manusia), dan End Barriers To Economic Justice (Akhiri Kesenjangan Ekonomi terhadap perempuan), strategi pada pendampingan pesantren berbasis gender, seperti membangun sensitifitas adil gender (perspektif), Pemilihan referensi dan pemberdayaan ekonomi, serta tolak pernikahan anak. Penjelasan yang lugas dan mendalam mampu membuka pengetahuan dan wawasan para pengurus pesantren, sehingga diharapkan hasil workshop tersebut dapat diaplikasikan dalam setiap kegiatan pesantren.
Nana/lp2m