Semarang, 27 Juli 2022 PSGA UIN Walisongo Semarang dikunjungi oleh Komnas Perempuan dalam acara Monitoring dan Evaluasi terkait dengan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Pada acara ini dihadiri oleh Para Wakil Rektor yang diwakili oleh Rektor I dan Rektor III, para Dekan, Direktur Pascasarjana, Ketua dan Sekretaris serta Kapus dilingkungan LP2M, Kepala Ma`had Al-Jamiah, Kepala Polikinik, Anggota Gender Focal Point, Kepala DP3AKB, Koordinator SPT Provinsi Jawa Tengah, Direktur LRC KJHAM, Ketua FKKG Provinsi Jawa Tengah, Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah, dan para mahasiswa. Acara ini dilaksanakan di Ruang Sidang Senat Lantai 4 Gedung Rektorat. Pada kesempatan ini, perwakilan dari Komnas
Perempuan yang datang di UIN Walisongo adalah, Bapak Dr. Imam Nahe’i, M. H. I, Ibu Sutini, dan Ibu Wulandari.
Akhmad Arif Junaidi dalam sambutannya menyampaikan bahwa monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Komnas perempuan RI sangatlah penting sebagai bentuk kendali mutu pelaksanaan kegiatan dan pelayanan yg dilaksanakan di UIN Walisongo Semarang. harapan beliau, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menjadi bahan perbaikan dalam segala aspek di UIN Walisongo Semarang. sambutan dan pembukaan acara disampaikan oleh Dr. Akhmad Arif Budiman, M.Ag selaku Wakil Rektor 3 UIN Walisongo Semarang menyatakan dukungannya atas program monitoring dan evaluasi dari Komnas Perempuan RI hari ini. Perlunya masukan dari pihak eksternal menjadikan UIN Walisongo Semarang semakin membaik dalam melaksanakan program-program di UIN Walisongo khusus nya terkait Implementasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual.
Acara selanjutnya yaitu pemaparan materi dari Komnas Perempuan yg disampaikan oleh Dr. Imam Nahe’i, M.H.I mengenai Update Perkembangan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan/isu Nasional dan Upaya Peningkatan Kapasitas Tim ULT/Satgas terkait PPKS. Acara selanjutnya pemaparan dari PSGA UIN Walisongo Semarang yg disampaikan oleh Titik Rahmawati terkait paparan Unit Kerja/PSGA terkait Perkembangan Implementasi SOP PPKS di kampus. Sebelum penutupan acara, dilakukan diskusi tanya jawab sekaligus evaluasi. Acara ditutup dengan ramah tamah dan foto bersama
PSGA ADAKAN WORKSHOP PEMBELAJARAN BERBASIS GENDER
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, menyelenggarakan “Workshop Pembelajaran Berbasis Gender” di Hotel Azana pada Kamis, 2 September 2021. Kegiatan workshop diikuti oleh perwakilan dari masing-masing fakultas di UIN Walisongo Semarang dan PSGA Se Kota Semarang. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan workshop, hasilnya dapat diaplikasikan di unit/fakultas masing-masing dengan penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) berbasis gender.
Ketua LP2M UIN Walisong Semarang, Dr. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag, dalam sambutannya menuturkan “Pembelajaran Responsif Gender merupakan pembelajaran untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman aspirasi, kebutuhan potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, workshop ini penting dilakukan agar setiap lembaga di UIN Walisongo dalam merencanakan setiap kegiatan pembelajaran dapat berbasis Gender”.
Wakil Rektor III UIN Walisongo Semarang Dr. Akhmad Arif Budiman, M. Ag dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap LP2M UIN Walisongo atas pelaksanaan kegiatan ini sehingga harapannya fakultas di UIN Walisongo Semarang mampu mengaplikasikan ilmu dari narasumber kedalam Rencana Pembelajaran Berprespektif Gender. Wakil Rektor menengaskan bahwa pentingnya pembelajaran berbasis gender ini dapat diaplikasikan dengan baik sehingga dapat mewujudkan kampus yang responsif gender.
Dr. Indra Kertati M. Si, sebagai pemateri workshop menyampaikan materi mengenai “Implementasi Gender dalam Pembelajaran” pada sesi pertama. Materi pertama disajikan mengenai Isu Gender di Indonesia berdasarkan data-data riset dan peraturan yang berlaku. kemudian dilanjutkan dengan implikasi peraturan dan diakhiri dengan rancangan RPS berbasis Gender. materi yang dismpaikan sangat menarik sehingga banyak peserta workshop yang tertarik untuk mengikuti kelas beliau ketika mengajar dengan menggunaan pembelajaran berbasis gender. peserta workshop juga sangat antusias ketika sesi diskusi dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan dari peserta workshop
Materi kedua disampaikan oleh Dr. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, M. Si dengan tema “Pembelajaran Responsif Gender Equality & Social Inclusion (GESI) Berbasis Penelitian dan Pengabdian Masyarakat”. Dosen Universitas Kristen Satya Wacana ini memaparkan tentang kekerasan berbasis Gesi, Pengetahuan Androsentris, perlunya GESI dan Integrasi GESI dalam Pembelajaran Berbasis Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
UIN WALISONGO SEMARANG WUJUDKAN KAMPUS RESPONSIF GENDER
Semarang-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN walisongo Semarang menyerahkan sarana responsif gender untuk dukungan ketersediaan ruang laktasi di masing-masing fakultas yang ada di UIN Walisongo dan pascasarjana pada Selasa, 24 Agustus 2021 bertempat di Lobby Rektorat Lama UIN Walisongo Semarang.
Penyediaan sarana responsif gender ini merupakan program Pusat Studi Gender dan Anak atas bantuan dari Kemenag RI. Pada kegiatan ini dihadiri oleh Rektor, Ketua LP2M, Para Kepala Pusat dilingkungan LP2M, Perwakilan dari Fakultas dan Pasca sarjana, serta tamu undangan.
Pada Kegiatan ini Ketua Lembaga penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag menyampaikan bahwa penyediaan sarana dan prasarana ini bentuk keseriusan dan dukungan kongkrit terhadap terwujudnya kampus Responsif Gender. “Penyediaan ruang laktasi ini menjadi penting bagi para dosen atau tenaga kependidikan yang sedang menjalani fungsi reproduksi berupa melakukan laktasi, selain itu dapat menjadi poin penting ketika akreditasi perguruan tinggi” Ungkapnya.
Rektor UIN Walisongo Semarang dalam sambutannya mengungkapkan bahwa gerakan para perempuan yang sedang melakukan fungsi reproduktif berupa laktasi harus didukung penuh. Karena ASI merupakan asupan nutrisi terbaik dan mendukung ketahanan fisik untuk para putra-putri penerus bangsa.
Pada kesempatan ini diserahkan sarana responsif gender berupa Almari Pendingin untuk menyimpan ASI, Dispenser, Almari tempat penyimpanan alat laktasi, Sofa Set, Bottle Sterilizer dan tempat sampah.
Kepala Pusat studi Gender dan Anak, Titik Rahmawati mengubgkapkan bahwa tindak lanjut dari penyerahan sarana responsif gender ini, kedepan akan dimonitoring dan evaluasi secara berkala. Sehingga keberadaan dan fungsinya bisa dimaksimalkan.
SK Pengurus SAWWA Edisi I Tahun 2020
SK Pengurus SAWWA Edisi I Tahun 2020
SK Sawwa
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI PERGURUAN TINGGI
Semarang-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang adakan webinar dengan tema Pencegahan dan Penanganan Kasus Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Webinar ini berlangsung pada Rabu 12 Agustus 2010, mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Hj. Alimatul Qibtiyah, M.A (Komisioner Komnas Perempuan) dan Siti Rofiah, M.H, M.Si (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang). Webinar dimulai dengan acara pembukaan yang dibuka langsung oleh Rektor UIN Walisongo Semarang Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag sekaligus menjadi keynote speakers. Rektor UIN Walisongo Semarang menyambut baik dan segera akan mengesahkan SK Rektor terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Dr. Ahmad Tajuddin Arafat (Staf Ahli LP2M), Prof. Alimatul Qibtiyah diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk mengulas tentang kekerasan seksual. Sebagai kata pembuka dari Prof. Alimatul mengungkapkan apresiasinya terhadap UIN walisongo Semarang atas komitmen rektor terhadap kekerasan seksual dan semoga SK Rektor segera disahkan. Dalam pemaparannya beliau juga membahas tentang berbagai contoh kasus dan pemahaman yang ada di masyarakat. “definisi tentang kekerasan seksual ini yang perlu dipahami,” ujarnya. Selanjutnya Prof. Alimatul membahas tentang peran komnas perempuan dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, macam kekekrasan seksual dan membeberkan data-data angka kekerasan seksual yang terjadi. “Jumlah kekrasan seksual terus meningkat setiap tahunnya,” ungkapnya..
Siti Rofiah dalam paparannya lebih fokus pada bagaimana upaya mencegah dan menanggulangi kekerasan seksual di perguruan tinggi. Pemaparan dimulai dengan pertanyaan benarkah ada kekerasan seksual di kampus?. Siti Rofiah dalam pemaparannya mengatakan bahwa kekerasan seksual ibarat gunung es. “kemungkinan bisa terjadi di kampus kita, yang kondisinya seolah-olah baik saja” ujar Rofiah. Penaganan kasus ini butuh pelaporan secara tertulis. Namun yang terpenting tidak hanya pelaporan, tetapi ada advokasi. Menariknya meski kasus kekerasan banyak terjadi pada perempuan, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada laki-laki. “Jika melihat atau mengalami kekerasan seksual jangan ragu melaporkan “ tegasnya.
Siti Rofiah dalam pemaparannya lebih lanjut menjelaskan alasan korban kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus tidak dilaporkan dan tidak tertangani karena korban memilih diam. Sehingga hal ini membutuhkan perhatian khusus untuk terus menginfokan tentang pemahaman yang utuh terhadap kekerasan seksual. Selain itu kekerasan seksual belum terdata dengan baik karena perguruan tinggi belum memiliki sistem untuk perlindungan dan penanganan kasus kekerasan seksual yang menjamin perlindungan, kerahasiaan dan keamanan korban. Oleh karena itu sangat diperlukan sistem pencegahan dan penanganan kekerasan seksual yang komprehensif.
Pada akhir sesi diskusi ini Siti Rofiah dan Prof. Alimatul mengungkapkan prinsip pencegahan kekerasan seksual adalah keadlian, terintegrasi fisik dan non fisik serta melibatkan semua pihak. Prof Alimatul menambahkan bahwa kekerasan seksual dapat dicegah dengan pengembangan pengetahuan tentang kekerasan seksual, feminis konseling, dan kampanye sosialisasi budaya. Dalam kalimat penutupnya Siti Rofiah mengungkapkan “Mendukung nama baik kampus dengan mendorong kampus untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mewujudkan kampus yang aman, ramah dan nyaman untuk semua masyarakat kampus serta bebas dari segala jenis kekerasan seksual” ujarnya.
Ciptakan Keharmonisan, Pusat Studi Gender dan Anak UIN Walisongo Komitmen Lawan Kekerasan Seksual
LP2M.news – Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Walisongo Semarang mengadakan diskusi dan sosialisasi Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Ruang Rapat Senat Rektorat Lantai 3, Kamis (14/11/2019).
PSGA ADAKAN WORKSHOP PENDAMPINGAN MASYARAKAT UNTUK THREE ENDS BERBASIS PESANTREN
Semarang_23/92019, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dari LP2M mengadakan workshop pendampingan masyarakat untuk Three Ends berbasis Pesantren di Gedung Rektorat Lantai 3, Kampus I, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Kegiatan workshop diikuti 40 orang perwakilan pengurus dari pesantren di Kota Semarang. Diharapkan melalui kegiatan workshop ini para perwakilan pengurus pesantren mampu mengaplikasikannya dalam setiap kegiatan di pesantren masing-masing. Continue reading “PSGA ADAKAN WORKSHOP PENDAMPINGAN MASYARAKAT UNTUK THREE ENDS BERBASIS PESANTREN”
Tidak hanya sekedar Ngaji, PSGA Menyelenggarakan Workshop “Ngaji Keadilan Gender Islam”
Semarang, Selasa (13/08/2019), Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) pada LP2M UIN Walisongo menyelenggarakan Workshop Pembelajaran Berprespektif Gender, dengan tema “Ngaji Keadilan Gender Islam” di Ruang Sidang Rektorat Lt 3, Kampus I, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Continue reading “Tidak hanya sekedar Ngaji, PSGA Menyelenggarakan Workshop “Ngaji Keadilan Gender Islam””
Berbasis Gender, PSGA Adakan Workshop Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
Semarang – Hari ini (07/08/2019), Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dari LP2M, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, menyelenggarakan “Workshop Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)” di Ruang Sidang Rektorat Lantai 3, Kampus 1 UIN Walisongo Semarang. Continue reading “Berbasis Gender, PSGA Adakan Workshop Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)”